Tenggelamnya Matahari Timur

Mungkin jika mereka melihat dunia itu indah itu benar. Langit biru,,senyuman angin,,hembusan napas,cerianya mentari pagi selalu menemani hari-hari mereka. Tetapi kenapa aku tidak bisa melihat semua itu. Semua yang mereka lihat, sangat berbeda 360 derajat dengan yang aku lihat, Jika setiap pagi mereka mendapatkan kecupan dan pelukan hangat dari tangan surga yang mereka sebut ibu ,serta kehangatan dan kasih sayang dari sosok ayah. Kenapa aku tidak bisa melihatnya, apakah mata ku buta? Jika mereka mengatakan rumah itu surga tetapi kenapa aku melihat rumah itu neraka. Mungkin kalian tidak akan percaya jika hanya melihat rumah ku dari sisi luarnya saja. Kalian pasti akan mengatakan “itu surga dan aku berbohong dengan neraka yang aku katakana”, tetapi faktanya dari surga yang kalian katakan itulah, awal kehancuran ku,dimulai. Awal dimana matahari timur tidak akan terbit lagi. Sore itu langit terlihat bersedih karena jutaan air mata turun kebumi.Rumah yang begitu besar terlihat hampa meski dipenuhi perabotan mewah. Bola mata ini melirik kekanan dan kekiri melihat situasi dirumah ini. “lagi-lagi hampa”,gumamku dalam hati. Wajar saja karena ayah ku bekerja menjalani bisnis nya jual beli mobil, jadi dia hanya sibuk dengan mobil dan memutarkan uangnya lagi untuk mobil. Ayah ku memang bukan seorang sarjana,dia hanya tamatan SMA. Dalam segi materi kakekku mampu untuk menyekolahkan ayah ku sampai sarjana. Tetapi kekerdilan hati dan pikiran ayahku yang tidak mampu melihat pendidikan dengan kedua matanya, yang ada dikedua matanya hanya uang uang dan uang tetapi aku tidak ingin seperti itu. Aku ingin pendidikan nomor satu dan bukan uang.Semangat ku sangat tinggi terhadap sekolah tetapi semangat ku tidak bisa melampaui uang yang ada diotak ayahku. Walaupun aku belajar sekuat tenaga dan selalu mendapatkan prestasi dikelas,tetapi pada saat menunjukkan rapot kepada ayahku,dia hanya terlihat seperti es kutub yang tidak akan pernah mencair. Jangankan mengucapkan selamat,tersenyum pun tidak, terkadang hati ini menangis melihatnya. Mata ini hanya bisa menatap dunia yang terdiri dari waktu dan gumpalan harapan untuk mengubah neraka menjadi surga. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk ku. Berfikir menghayal dan bermimpi memutar waktu kembali ke zaman dulu. Zaman dimana tuhan masih memelukku. Tetapi semua itu hanya rengkarnasi waktu yang tidak bisa diputar seperti baling-baling bambu. Tangan surga yang kalian sebut ibu,juga tidak aku rasakan karena sejak berusia 5 tahun ibu ku telah pergi kepelukan sang pencipta,meninggalkan aku untuk menapaki kaki menelusuri dunia fanna. Sejak kepergian ibu ku,hingga detik ini ayahku belum menikah lagi. Dirumah neraka ini hanya ada 3 penghuninya yaitu aku,ayah,dan adik laki-laki ayah yang aku sebut paman. Sejak kecil aku diasuh oleh tante ku yang tinggal didekat rumahku. Dirumah tante ku itulah aku melihat kehidupan surga yang tidak pernah aku lihat dineraka ini. “Keluarga yang harmonis” satu kata yang aku dambakan sejak dulu. Tante ku memiliki seorang orang anak perempuan. Anaknya sangat mandiri dan pintar. Setiap kali menerima rapot mbak amie selalu mendapatkan juara 1. Pulang dengan wajah berseri disambut oleh tangan surga dan senyuman hangat serta ucapan selamat dari orang tua nya. Iri sekali melihat suasana itu meskipun tante tidak pernah membedakan kasih sayang antara aku dan mbak amie tetapi tetap tidak sama bagiku.Aku dan mbak amie mungkin hanya sama didalam hal prestasi tetapi untuk kehidupan, mbak amie jauh lebih beruntung dibandingkan dengan aku. Bahkan untuk mendapatkan uang sekolah itupun,sangat susah bagiku,setiap kali aku memintanya kepada ayah, dia selalu acuh terkadang perlu 1000 permohonan yang harus aku sampaikan untuk mendapatkan uang sekolah rp100.000 setiap bulannya. Bahkan tak jarang tante ku yang membayarkan uang sekolah ku. Tragis bukan,jika kalian pikir aku hidup dengan kemewahan karena aku anak sematawayang, tetapi semua itu salah. Ayah ku tidak pernah perduli dengan masa depanku,dengan umurku yang baru menginjak 10 tahun ini saja aku sudah menanggung beban pikiran yang tak selayaknya aku tanggung. Ditambah lagi kejadian yang membuat matahari timur benar-benar tenggelam. Disaat gemuruh petir menemani kesendirian ku menonton tv tiba-tiba ada sesosok mata tajam yang sedari tadi sudah mengintai ku,seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. Jika kalian pikir harimau itu orang lain,itu salah karena harimau dengan mata merah itu adalah paman ku sendiri. Orang yang telah tinggal dirumahku sejak dia SMA. Dengan tangan yang kuat dia menarik tubuh kecil ku,dan mendorongku sampai aku terjatuh. Kaki kecil ini mencoba berlari sekuat tenaga ,tetapi harimau itu ternyata lebih cepat mengejarku. Tanpa aku sadari seisi rumah telah terkunci dan hanya ada aku dan pedophilia itu. Setelah lelah berlari mengitari rumah dengan kaki munyil ku dia datang menyergapi ku,menamparku hingga aku terjatuh dan pingsan. Dia membawa tubuh munyil ini kekamar dan menggagahi ku. Saat aku terbangun aku sudah berada dikasur yang sudah penuh dengan darah, dan pedophilia itu telah hilang entah kemana, karena umurku yang masih kecil aku tidak mengetahui apa-apa dengan kejadian ini. Aku cuci seprai kasurku yang dipenuhi dengan darah itu. Tiba-tiba ada hentakan kaki yang datang menghampiriku,ternyata iblis pedophilia itu datang lagi. Dengan hati yang dipenuhi kebencian dan rasa takut yang menyergapiku aku hanya bisa menatap mata iblisnya. Sembari berjalan membawa pisau dia seperti ingin membunuhku,dia lontarkan kata-kata yang berbau ancaman “jangan kamu katakana semua yang terjadi tadi kalau tidak akan kubunuh kalian semua” sembari menunjukkan pisaunya kedepan mata ku. Aku yang saat itu hanya anak kecil yang tak berdaya hanya bisa mengangguk ketakutan dan iblis pedophilia itu pun pergi tanpa rasa bersalah. Setelah kejadian itu setiap kali aku ingin membuang air kecil terasa sangat sakit. Aku ingin mengaduh tetapi pada siapa? Ayah ku orang yang tidak pernah perduli kepada ku, jika aku menceritakannya pada tante ku,aku takut pedophilia itu akan membunuh semuanya. Jadi yang bisa aku lakukan hanya menyimpan dan memendam kesengsaraan hidup yang telah ditakdirkan tuhan untukku. Waktu berjalan dan aku sudah menginjak kelas 1 SMP. Jika pada saat SD aku masih bisa tertawa bersama teman-teman,seakan melupakan kejadian buruk masa kecilku tetapi tidak pada saat aku SMP. Disinilah titik dimana aku menyadari bahwa aku sudah berbeda dengan teman-teman yang lain. Dengan beban mental dan tanggungan hidup yang harus aku pikul sendiri aku masih bisa menyetarakan diri dengan teman-temanku yang normal. Aku bisa lolos masuk smp favorit dikota ini dengan nim ku yang baik. Tetapi kekhawatiran ini masih saja menyergapi ku karena di smp ini tiba-tiba pihak sekolah mengadakan tes keperawanan,dan aku yang menyadari bahwa aku sudah kehilangan semua itu,mendadak aku menjadi cemas,takut dan tidak tahu berbuat apa-apa lagi. Terdiam dan berfikir, hanya itu yang bisa aku lakukan “Jika semuanya terbongkar pasti akan hancur. Ibarat bumi yang dihujani metor-meteor” ucapku dalam hati Beruntungnya petugas kesehatan tidak bisa datang hari itu, ternyata tuhan masih memberikan sedikit lubang bernapas untukku. Keesokan harinya aku jatuh sakit mungkin ini sakit yang berkah yang aku dambakan,karena dengan semua ini aku bisa beralasan untuk tidak datang ke sekolah dan tidak mengikuti tes itu. Tante dan mbak amie yang berhati malaikat itu langsung datang kerumahku dan membawa ku ke dokter. Ternyata aku hanya kelelahan dan sedikit demam. Dengan baik hatinya mbak amie membawakan surat keterangan dokter itu kesekolahku. Hingga pihak sekolah memakluminya dan aku terbebas dari para prajurit putih kiriman rumah sakit itu. Sementara itu dirumah aku hanya bisa terbaring dikasur. Selama 3 hari itu tante dan mbak amie yang selalu setia mengasihi ku,sedangkan dimana sosok ayah yang seharusnya melindungiku? Tante dan mbak amie sudah terbiasa dengan ketidakperdulian ayahku. Mungkin untuk sekarang bagiku matahari timur sudah tenggelam bersama,ombak yang menggulung gelombang kehidupanku yang tiada henti ini. Jika sekarang aku masih bisa bersembunyi,tapi bagaimana dengan hari-hari selanjutnya,apalagi ketika aku sudah menikah,apakah masih ada laki-laki yang mau menerima kondisi ku yang sudah hancur lebur, tanpa masa depan ini??? Hanya waktu dan tuhan yang mampu menjawabnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN

JENIS-JENIS OBAT NARKOBA,PSIKOTROPIKA,DAN OBAT WAJIB APOTEK